Shisen garden: An Angel's Contemplation part 3

Kami mengundang Anda untuk memberikan komentar maupun pertanyaan di setiap artikel. Bila Anda tertarik, kami dengan senang hati menyambut Anda menjadi salah satu penulis kami.

Sunday 9 November 2008

An Angel's Contemplation part 3


Monolog Rinoa Part 3: Nightmare

Aku bisa merasakan tubuhku bergerak. Kakiku, tanganku, belaian rambut di lenganku, bahkan aku bisa melihat pemandangan aneh secara samar-samar... seperti... ruang mesin? Atau mungkin semacamnya. Sekilas aku melihat Squall, tapi dia kembali menjauh. Ada apa ini? Apa dia benci aku karena aku terlambat? Aku bisa mendengar bunyi... sangat berisik, dan banyak suara orang-orang panik... aku tidak mengerti... aku juga mendengar suara Squall memanggilku, meskipun secara samar-samar.

Dan lebih lagi... kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri? aku merasa seperti boneka tali yang sedang digerak-gerakkan entah oleh siapa... aku merasa sangat letih...

Pemandangan-pemandang kabur terus bermunculan... begitu juga suara-suara aneh itu. Aku merasa seperti melayang... apa ini mimpi? Apa suara-suara yang terasa nyata itu juga hanya mimpi? Dan apa yang kulakukan di mimpiku? Pemandangan mulai berubah... semuanya jadi hitam dan banyak bintang-bintang seperti di langit. Di langit? Apa aku ada di luar angkasa? Tak mungkin... untuk apa aku keluar angkasa?

Sejauh aku memandang, hanya langit hitam berbintang yang aku lihat. Dan setelah beberapa lama... akh, jangan tanya aku berapa lama, karena rasanya berabad-abad... aku melihat sosok yang membuat bulu kudukku berdiri. Kenapa aku semakin mendekati dia? Aku takut, dan aku tidak mau dekat-dekat sosok itu, siapapun dia. Tapi aku tidak sanggup mengendalikan tubuhku...

Semakin aku dekat, aku semakin takut. Sosok itu hanya terdiam dan membeku dalam sebuah mesin aneh. Apa yang dia lakukan hingga jadi seperti itu? Tapi apapun itu, pastilah amat kejam. Aku bisa merasakan aura jahatnya bahkan hanya dengan melihatnya secara kabur. Aku merasakan tanganku mulai melakukan sesuatu dengan mesinnya... apa yang akan aku lakukan? Aku mulai merasa sangat takut ketika melihat sosok itu mulai tersenyum. Senyuman licik, jahat dan penuh ketamakan. Demi Hyne... apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku lakukan?

Dan sensasi itu mulai lagi. Kepalaku mulai terasa sangat sakit... ribuan jarum es kembali datang dan menyebarkan rasa sakit yang selalu sama... amat menyakitkan, dan seolah menyerap semua energi kehidupan. Aku membuka mata, dan menyadari aku sedang melayang di angkasa. Jadi aku memang di angkasa...

aku... akan mati? Tapi aku belum bertemu Squall...

Am I...gonna make it...?

How?


Aku mencoba mencari sesuatu diantara spacesuit-ku. Tak ada apapun... apa yang bisa kulakuakn? Berteriak? Tentu saja mustahil. Mungkin aku bisa mencoba mengarahkan diri ke.... mana? Aku harus bagaimana?

I can't do anything...

Drifting...endlessly.


Mungkin aku akan terus begini sampai mati? Aku mulai merasa sesak dan susah bernapas... kepalaku mulai pusing. Dan aku merasa sangat letih sekali... dan dengan semakin sedikitnya tenaga untuk mempertahankan kesadaran, aku menyadari sesuatu.

I'm helpless...

Aku melirik sekilas ke meteran yang menunjukkan kadar oksigen. Hanya tinggal 3 milimeter ke angka nol. Aku takut, sangat takut dan ingin sekali menangis... tapi airmataku tidak mau keluar...

Orang-orang bilang, sesaat sebelum mati, semua kenangan semasa kehidupan akan muncul. Dan itulah yang terjadi sekarang. Ketika aku menutup mata, semua kenangan mulai muncul. Aku bisa melihat wajah ibu saat ia menyanyikan lagunya yang legendaris... wajah Ayah saat aku bertengkar dengannya... sambutan para anggota Forest Owls saat aku bergabung... perbincangan dengan Seifer... dan pertemuan pertama dengan Squall...
Squall.... aku ingin bertemu...

Aku melirik kembali ke meteran itu. Hanya tinggal 1 milimeter ke angka nol.

No... I'm...

That's it. I'm gonna...

I'm gonna...die.


Kali ini jarumnya menunjuk ke angka nol. Aku tidak bisa bernapas lagi... tidak ada tenaga lagi... bahkan untuk membuka mata.

Goodbye.... Squall...

Rinoa! No! Don’t give up!


Apa itu...? suara Squall? Tidak mungkin... apa ini salah satu bentuk halusinasi seperti mati? Mungkin... karena aku sangat amat rindu Squall, aku jadi berhalusinasi? Tapi suara itu terasa begitu nyata... Ya Tuhan... atau mungkin itu suara malaikat maut yang akan menjemput? Suaranya mirip Squall...

Can you hear me!? It's Squall... Rinoa!!!

Rinoa!!!


Itu benar-benar Squall.... apa iya? Aku tidak bisa berpikir lagi... aku mencoba sebisaku untuk bernapas, tapi sulit sekali... rasanya sesak... aku akan pergi... ke tempat ibu. Yah... itu sedikit menghibur... aku... mati... ibu...

Rinoa, come on! Try to remember!

Mungkin ini hembusan nafasku yang terakhir... aku tidak kuat lagi... tidak ada tenaga yang tersisa untuk mempertahankan kesadaran... bahkan untuk mengankat kelopak mata. Aku menarik nafasa dengan susah payah, dan dengan energi kehidupan yang terakhir, aku menghembuskannya kembali. Dan setelah itu, mungkin tidak ada nafas lagi...

Rinoa! I'm right there with you! Listen to me!

Maaf Squall... aku ingin sekali mendengarmu... tapi aku tidak kuat...



Mendadak aku merasakan sedikit sentuhan di leherku. Aku berusaha membuka mata. Cincin... Squall. Griever. Aku belum mengembalikan ini pada Squall... aku merasa sesak, tapi... aku belum mati? Aku masih melihat pemandangan yang sama seperti yang kulihat sebelumnya. Langit berbintang tanpa batas. Aku tidak melihat cahaya atau malaikat seperti yang dikatakan orang akan kau lihat jika kau sudah dekat dengan kematian.

I'm ...still... alive?

Aku sempat merasa tak yakin... tapi aku masih berada di tempat yang sama, melihat pemandangan yang sama, dan merasakan sesak yang sama. Aku masih hidup...? tapi suara Squall tadi... apakah itu nyata? Seandainya aku bisa mendengarnya lagi.. aku ingin bertemu Squall. Aku harus mengembalikan Griever...

Aku berusaha memanggil Squall melalui benakku. Kini aku sepenuhnya yakin bahwa ketika aku mendengar suara Squall, aku tidak berhalusinasi. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku yakin... apa Squall akan menolongku? Squall akan datang padaku? Aku harap begitu... aku sudah letih mencari Squall kemana-mana...

Squall?

aku melihat suatu tombol di spacesuit-ku yang tidak aku perhatikan sebelumnya. Tombol emergency life support. Tanpa pikir panjang, aku menekannya dan beberapa detik kemudian, aku bisa menghirup oksigen lagi. Aku merasa sedikit lega... setidaknya aku punya waktu tambahan untuk hidup... aku harus mengembalikan Griever... aku tidak akan bisa mati dengan tenang sebelum mengembalikan benda kesayangan Squall ini. Aku menutup mata, mencoba untuk sangat tenang dan memperlambat napasku untuk menghemat oksigen. Ketika aku membuka mata... aku bisa melihat Squall...

tak hanya itu, aku juga melihat langit-langit putih. Rasanya aku kenal langit-langit ini... ini Balamb Garden! Dan ketika aku menoleh, aku sedang ada di pangkuan Squall... dia sedang menggendongku... aku bersandar pada dadanya yang bidang, merasakan logam dingin berbentuk kalung Griever di pipiku. Rasanya nyaman sekali... aku menengadah menatap Squall... dan dia balik menatapku dengan matanya yang sebiru langit...

ada apa ini...?


”ada apa..?” tanya Rinoa pada Squall. Squall sedang berjalan di koridor Infirmary sambil membopong Rinoa. Ia berjalan menuju ke Dormitory.

“harusnya aku yang tanya itu padamu. Ada apa denganmu? Kenapa kau tidur tergeletak di lantai di dekat jendela di kamarmu?”

“oh... aku mungkin... ketiduran...”

“berpikir sampai tengah malam lagi?” tanya Squall pada Angel-nya. Rinoa mengangguk. “ayo turun. Kita kembali ke kamarmu.” Kata Squall pada Rinoa. Tapi Rinoa malah melingkarkan tangannya di leher Squall dan menggeleng.

“aku tidak mau turun. Kapan lagi aku akan digendong oleh Commander Balamb Garden? Aku tidak mau melewatkan kesempatan langka ini!” kata Rinoa dan mengeratkan pelukannya. Dengan tatapan matanya yang seolah mengatakan ‘whatever’ Squall akhirnya tidak jadi menurunkan Rinoa. “Squall... kau yang membawaku keluar kamar?”

“yeah. Kau sedikit demam ketika aku menemukanmu. Aku membawamu ke Infirmary. Tapi kata Dr. Kadowaki kau hanya perlu istirahat.”

“well... thanks....” kata Rinoa. “kau tahu Squall... aku dapat mimpi buruk... aku mengalami hal itu lagi... mimpi ketika aku dikontrol Ultimecia. Mimpi yang aku alami ketika aku masih Koma... ketika aku membangunkan Adel... aku... sangat takut. Mimpi-mimpi itu terasa begitu nyata... seolah aku mengalaminya lagi untuk yang kedua kalinya.” Kata Rinoa seraya mengeratkan pelukannya pada Squall.

“jangan dipikirkan lagi... itu hanya mimpi.”

“tapi terasa begitu nyata... aku bahkan merasa benar-benar sesak ketika mimpi tentang kejadian di Lunar Base...”

“imajinasimu cukup tinggi kalau begitu.. sampai-sampai jadi halusinasi.”

“juga cengkraman Ultimecia yang sedingin es... terasa begitu nyata.”

“kau terlalu sering memikirkan hal itu Rinoa... itu sudah 2 bulan yang lalu.”

“aku juga memimpikan mimpi itu lagi Squall... aku mimpi kalau aku tidak bisa bertemu kau lagi... demi Hyne... aku takut sekali kalau itu terjadi...”

Squall lalu berhenti dan mendudukkan Rinoa di sebuah bangku dekat air mancur. Squall lalu duduk di samping Rinoa.

“well... aku tidak pandai menyusun kalimat, tapi aku akan mencoba.” Kata Squall. Rinoa menatapnya lekat-lekat. “kau tahu, kita sudah berjanji kan? Kita pasti bertemu.”

“tentu saja aku ingat itu!”

“kalau begitu, untuk meyakinkanmu, bagaimana kalau kita berjanji lagi?”

“lagi?” kata Rinoa. “baiklah...”

“I’ll be here...”

“promise?”

“I’ll be waiting for you. if you come here... you’ll find me. I promise.”

“I’ll be there too! It’s a promise!” seru Rinoa. Senyum kini tampak di wajahnya. Squall menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti. “so, Squall... aku punya hadiah karena sudah berbaik hati mau menggendongku sampai sini!”

“oh ya?”

“ya...”


dan detik berikutnya, mereka pun ber-kisu... ^^


FIN

No comments:

Post a Comment

Komentar, pertanyaan, dan saran

Valuebux!