Sekarang tahap berikutnya, yaitu 25 huruf pengembangan. Bila kalian sudah menghafal ke-48 huruf di tahap pertama, ini harusnya terasa sangat mudah. Pengembangan yang dimaksud tidak lain hanyalah sebuah tanda petik ( " ) yang ditempatkan di bagian kanan atas setiap huruf. Tanda petik ini dinamakan dakuten, bila karakter dasar diberi dakuten, maka cara bacanya akan berubah. Berubahnya pun tidak jauh-jauh amat, dan terkesan sangat gampang (tentu saja relatif). Huruf dasar yang bisa diberi dakuten hanyalah huruf konsonan. Sebenarnya dalam bahasa Jepang tidak ada istilah konsonan-vokal, tapi kalau bisa dimengerti ya gpp-lah.
Konsonan tersebut adalah ka-ki-ku-ke-ko, sa-si-su-se-so, ta-chi-tsu-te-to, dan ha-hi-fu-he-ho. Bila disingkat untuk memudahkan mengingat, jadi ka-sa-ta-ha. Berubahnya jadi apa? Sederhana, 'ka' akan menjadi 'ga', 'sa' akan menjadi 'za', 'ta' akan menjadi 'da', dan 'ha' menjadi 'ba'. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, mungkin seolah lidah kita menjadi agak lunak, tapi aku yakin, tidak perlu kujelaskan panjang lebar pun bisa dimengerti perbedaannya. Satu hal yang harus diingat, 'si' tidak menjadi zi, tapi menjadi 'ji', begitu pula dengan 'chi'. Lalu 'su' dan 'tsu' sama-sama akan menjadi 'zu'. Entah atas dasar apa, tapi aku yakin kalian tidak akan salah sebut.
Lagi-lagi pengecualian, tapi tetap hanya sedikit. Khusus untuk 'ha'-'hi'-'hu'-'he'-'ho', kalau diberi dakuten (tanda petik) akan menjadi bunyi berbasis 'b', dan bila diberi handakuten (yaitu sebuah tanda bulat kecil di tempat yang sama dengan dakuten) bunyinya akan berubah menjadi berbasis 'p'. Hal ini jadi seperti angka yang berpangkat 2, dan berpangkat 3. Bila berpangkat 2 (dakuten, tanda petik) maka yang ada adalah 'ba'-'bi'-'bu'-'be'-'bo', dan bila berpangkat 3 (handakuten, tanda bulat) maka yang ada adalah 'pa'-'pi'-'pu'-'pe'-'po'
Sekarang kita beralih kepada 36 karakter gabungan. Seperti biasa, jangan takut kalah jumlah. Bagian ini sebenarnya hanya gabungan antara huruf konsonan dan ketiga huruf kecil 'ya', 'yu', 'yo'. Ketiga huruf itu ditulis menjadi huruf kecil kalau ditempel dengan huruf sebelumnya untuk membentuk satu suku kata. Dengan catatan, konsonan yang boleh digabung dengan cara ini hanya konsonan yang vokalnya 'i' (ingat, setiap konsonan bahasa Jepang selalu diikuti vokal, satu pengecualian akan kita bahas belakangan). Jadi, yang bisa digunakan hanya 'ki', 'si', 'chi', 'ni', 'hi', 'mi', dan 'ri'. Hasilnya adalah karakter-karakter yang membentuk bunyi seperti 'kya', hya', 'hyu', 'myo', dan lainnya, bisa dilihat di tabel.
Untuk 15 sisanya, tidak akan ada masalah bila sudah kuasai tahap kedua tadi. Karena 15 sisanya adalah huruf-huruf konsonan ber-dakuten yang digabung dengan 'ya'-'yu'-'yo'. Hanya sekedar mengulangi, konsonan yang tidak bisa diberi dakuten adalah n- , m- , y- , r- , dan w-. Aku yakin kalian tidak bisa memikirkan konsonan-konsonan itu akan berubah bunyi menjadi seperti apa (bila menggunakan prinsip perubahan bunyi dakuten).
Konsonan tersebut adalah ka-ki-ku-ke-ko, sa-si-su-se-so, ta-chi-tsu-te-to, dan ha-hi-fu-he-ho. Bila disingkat untuk memudahkan mengingat, jadi ka-sa-ta-ha. Berubahnya jadi apa? Sederhana, 'ka' akan menjadi 'ga', 'sa' akan menjadi 'za', 'ta' akan menjadi 'da', dan 'ha' menjadi 'ba'. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, mungkin seolah lidah kita menjadi agak lunak, tapi aku yakin, tidak perlu kujelaskan panjang lebar pun bisa dimengerti perbedaannya. Satu hal yang harus diingat, 'si' tidak menjadi zi, tapi menjadi 'ji', begitu pula dengan 'chi'. Lalu 'su' dan 'tsu' sama-sama akan menjadi 'zu'. Entah atas dasar apa, tapi aku yakin kalian tidak akan salah sebut.
Lagi-lagi pengecualian, tapi tetap hanya sedikit. Khusus untuk 'ha'-'hi'-'hu'-'he'-'ho', kalau diberi dakuten (tanda petik) akan menjadi bunyi berbasis 'b', dan bila diberi handakuten (yaitu sebuah tanda bulat kecil di tempat yang sama dengan dakuten) bunyinya akan berubah menjadi berbasis 'p'. Hal ini jadi seperti angka yang berpangkat 2, dan berpangkat 3. Bila berpangkat 2 (dakuten, tanda petik) maka yang ada adalah 'ba'-'bi'-'bu'-'be'-'bo', dan bila berpangkat 3 (handakuten, tanda bulat) maka yang ada adalah 'pa'-'pi'-'pu'-'pe'-'po'
Sekarang kita beralih kepada 36 karakter gabungan. Seperti biasa, jangan takut kalah jumlah. Bagian ini sebenarnya hanya gabungan antara huruf konsonan dan ketiga huruf kecil 'ya', 'yu', 'yo'. Ketiga huruf itu ditulis menjadi huruf kecil kalau ditempel dengan huruf sebelumnya untuk membentuk satu suku kata. Dengan catatan, konsonan yang boleh digabung dengan cara ini hanya konsonan yang vokalnya 'i' (ingat, setiap konsonan bahasa Jepang selalu diikuti vokal, satu pengecualian akan kita bahas belakangan). Jadi, yang bisa digunakan hanya 'ki', 'si', 'chi', 'ni', 'hi', 'mi', dan 'ri'. Hasilnya adalah karakter-karakter yang membentuk bunyi seperti 'kya', hya', 'hyu', 'myo', dan lainnya, bisa dilihat di tabel.
Untuk 15 sisanya, tidak akan ada masalah bila sudah kuasai tahap kedua tadi. Karena 15 sisanya adalah huruf-huruf konsonan ber-dakuten yang digabung dengan 'ya'-'yu'-'yo'. Hanya sekedar mengulangi, konsonan yang tidak bisa diberi dakuten adalah n- , m- , y- , r- , dan w-. Aku yakin kalian tidak bisa memikirkan konsonan-konsonan itu akan berubah bunyi menjadi seperti apa (bila menggunakan prinsip perubahan bunyi dakuten).
No comments:
Post a Comment
Komentar, pertanyaan, dan saran