Shisen garden: Pelajaran II : Katakana - part 1

Kami mengundang Anda untuk memberikan komentar maupun pertanyaan di setiap artikel. Bila Anda tertarik, kami dengan senang hati menyambut Anda menjadi salah satu penulis kami.

Wednesday, 2 July 2008

Pelajaran II : Katakana - part 1

Dalam sejarahnya, katakana diciptakan terakhir setelah kanji dan hiragana. Tapi dalam pembelajaran kali ini, kita akan memulai pembahasan dengan katakana. Alasannya karena katakana merupakan huruf paling sederhana dari antara ketiganya.

Katakana terdiri dari 48 karakter dasar, 25 karakter pengembangan, 36 karakter gabungan, dan 36 karakter gabungan yang muncul belakangan. Tidak perlu terkejut dengan angka yang tidak biasa itu, biasakan maka semua akan menjadi mudah diingat. Lagipula, untuk membaca ini kalian pastinya sudah menghafal 52 karakter lainnya dengan mantap, alfabet dan kapitalnya.

Sebelum memulai ada baiknya kujelaskan lebih dulu kegunaan huruf ini. Di seberang lautan sana, maksudnya di Jepang, huruf katakana digunakan untuk menuliskan kata-kata serapan, atau kata-kata yang aslinya berasal dari bahasa asing (luar Jepang). Tentu saja ini hanya kalau yang menulis tidak mau menggunakan huruf romawi. Contohnya antara lain : televisi (television dalam bahasa inggris) menjadi テレビ (terebi), lalu Amerika (America) menjadi アメリカ (amerika). Dan termasuk dalam fungsi ini adalah nama-nama yang terkait bidang ilmiah, misalnya nama species dan nama mineral.

Selain nama, katakana digunakan untuk mengekspresikan efek suara. Misalnya "ping-pong", suara yang sering muncul kalau ada yang menang kuis, akan ditulis ピンポン. Artinya, suara bel pintu seperti "ting-tong", dan suara ledakan "DHUARRR" (kalau suara ledakan orang jepang emang begitu) ditulis menggunakan katakana. Buat yang sering baca manga khususnya yang masih dalam bahasa Jepang, hal ini akan gampang terlihat.

Masih banyak lagi kegunaan katakana, meskipun tidak lebih sering digunakan daripada hiragana dan kanji. Akan kusebutkan secara singkat, katakana biasa (tapi tidak selalu) digunakan untuk menulis nama perusahaan, untuk promosi tentunya. Selain itu, katakana digunakan untuk menuliskan kata serapan dari Cina, yang cara bacanya menggunakan on'yomi (akan dijelaskan belakangan di bagian kanji), kebanyakan adalah nama masakan Cina, seperti: チャーハン (chaahan, artinya nasi goreng) yang diambil dari 炒飯, termasuk di dalamnya ラーメン (ramen) yang diambil dari 拉麺 (sekarang kalian tahu kalau ramen berasal dari Cina).

Katakana juga digunakan untuk menggantikan huruf kanji yang 'terlalu sulit', umumnya terdapat di bidang kedokteran, jadi, 皮膚科 (hifuka) bisa ditulis 皮フ科 dengan anggapan huruf keduanya sulit dibaca, oleh orang Jepang tentunya. Dan satu lagi, tidak menutup kemungkinan seluruh teks ditulis dalam katakan, boleh, tapi jarang.

Baiklah, kita sudah sampai ke intinya. Di awal tadi kusebutkan katakana terdapat 48 karakter dasar, sebenarnya, hanya ini yang benar-benar harus dihafal, kalian akan tahu alasannya nanti. Jangan terlalu dipusingkan dengan sisa yang lainnya, fokus saja pada yang ini. Berikut ada tabel ke 48 karakter itu, yang tiap kolomnya terbagi secara vokal, coba diperhatikan, setelah baris pertama, beris berikutnya hanyalah baris pertama yang diberi konsonan, setidaknya begitulah yang terlihat dalam bahasa Indonesia. Dan untuk menghafal konsonan yang ada, mungkin 'mantra' ini akan membantu : a-ka-sa-ta-na-ha-ma-ya-ra-wa. Cara membaca 'e' adalah sama dalam kata 'enak', ingat, tidak ada 'e' seperti dalam kata 'telur' pada bahasa Jepang.

Ah, hampir terlupa. Khusus barisan ta-dsl (dan selanjutnya), urutannya beda sendiri. Dalam bahasa Jepang aslinya tidak ada 'ti' dan 'tu', jadi urutannya bukan ta-ti-tu-te-to, tapi ta-chi-tsu-te-to.

Dan pada baris ha-dsl, hu diganti menjadi 'fu'. Lalu bagaimana kalau mau mengucapkan hu? Percaya atau tidak, lidah orang Jepang begitu kakunya sampai lebih memilih menggantikannya dengan 'bu'.

Apa sudah mengerti? untuk menghafalkan kolom kedua cukup mengganti 'a' menjadi 'i', dan seterusnya sampai o. Lalu dengan mengingat bahwa tidak ada 'yi', 'ye', 'wi', 'wu', 'we', terhafalkanlah semua romajinya. Tinggal menghafal hurufnya, dan selesailah tahap pertama.Sebagai tambahan, tapi tidak penting, 'yi' dan 'ye' tidak ada karena digantikan oleh 'i' dan 'e', yang akan memiliki fungsi yang sama dengan 'ya', 'yu, dan 'yo' saat menjadi huruf kecil, sekali lagi, tidak perlu terlalu dipikirkan, nantinya akan mengerti sendiri. Lalu untuk 'wi' dan 'we', keduanya memiliki huruf katakana masing-masing, tapi seiring berlalunya zaman, keduanya sudah obsolet (tidak digunakan lagi). Untuk 'wu', mari kita anggap memang tidak ada sejak awalnya, bila memang terpaksa harus menuliskan bunyi 'wu', gunakan saja 'u'.

No comments:

Post a Comment

Komentar, pertanyaan, dan saran

Valuebux!